Realita Kehidupan Novel Ronggeng Dukuh Paruk
Realita Kehidupan Novel Ronggeng Dukuh Paruk. Novel Ronggeng Dukuh Paruh merupakan salah satu novel yang legendaris dan sangat terkenal sampai saat ini. Novel Ronggeng Dukuh Paruk merupakan karya tulis dari Ahmad Tohari.
Novel Ronggeng Dukuh Paruk ini bercerita tentang kisah cinta yang terjadi antara Srintil yang merupakan seorang penari ronggeng dengan seorang pemuda bernama Rasus yang merupakan teman kecilnya yang menjadi seorang tentara.
Selain mengisahkan kisah cinta mereka, novel ini memiliki banyak sekali makna realita kehidupan yang terkandung didalam cerita.
Realitas sosial dalam novel ronggeng dukuh paruk karya ahmad tohari ini ada banyak sekali makna kehidupan sehari-hari yang bisa di ambil dan di petik sebagai pembelajaran dalam menjalani kehidupan ini.
Untuk itu disini gue akan memberikan tentang realita kehidupan yang terkandung didalam novel Ronggeng Dukuh Paruk sesuai kehidupan nyata/sehari-hari.
Yuk, langsung saja inilah realita kehidupan novel Ronggeng Dukuh Paruk:
Baca Juga: Unsur Ekstrinsik Novel Ronggeng Dukuh Paruk
Realita Kehidupan Novel Ronggeng Dukuh Paruk
Kemiskinan
Kemiskinan merupakan suatu hal yang ada di dalam realita kehidupaan sosial yang sering di jumpai di dalam kehidupan masyarakat. Kemiskinan adalah sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan, kesulitan, kekurangan yang berdampak pada keadaan hidup.
Dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk tergambar kemiskinan yang terjadi pada masyarakat di Dukuh Paruk dimana di dalam novel di ceritakan bahwa anak-anak yang ada disana juga menganggap bahwa kemiskinan sebagai hal yang tidak perlu ditangisi.
Bahkan dalam novel pun tergambar bahwa untuk makan pun masyarakat di Dukuh Paruk masih kesusahan, mereka biasanya hanya bisa makan nasi gaplek dengan alas daun pisang. Hanya ada beberapa orang uang makan menggunakan piring.
“Bila anak-anak Dukuh Paruk sudah lari ke luar dan menyobek sehelai daun pisang, berarti sarapan pagi telah siap. Hanya beberapa di antara mereka yang bisa menggunakan piring. Mereka makan di emper rumah, di ambang pintu, atau di mana pun mereka suka. Semua makanan enak sebab perut anak-anak Dukuh Paruk tidak pernah benar-benar kenyang”
Dalam kehidupan saat ini pun masih banyak di temui kemiskinan yang terjadi di dalam masyarakat. Banyak orang yang masih kesusahan untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya, bahkan ada banyak juga orang yang masih kesulitan makan untuk memenuhi kebutuhan perutnya yang sangat penting.
Baca Juga : Sinopsis Novel Layar Terkembang
Kecemburuan sosial
Dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk diceritakan bahwa tokoh Srintil sebagai seorang ronggeng yang memiliki banyak harta sehingga menimbulkan perasaan iri pada wanita-wanita lain yang melihatnya. Banyak sekali orang yang menggunjing tentang harta yang di miliki Srintil.
“Lihat. Baru beberapa bulan menjadi ronggeng sudah ada gelang emas di tangan Srintil. Bandul kalungnya sebuah ringgit emas pula,” kata seorang perempuan penjual sirih. “Kau sudah tahu dari mana ronggeng itu memperoleh bandul kalung seberat dua puluh lima gram. Tetapi kau pasti belum tahu siapa yang memberi Srintil sebuah kalung,”ujar perempuan lainnya”
Pada masa sekarang hal tersebut pun masih ada di dalam masyarakat. Di mana misal apa bila orang memperoleh kesuksesan pasti banyak yang tidak suka, sehingga hal tersebut pun menimbulkan kecamburuan sosial.
Pelecehan seksual
Di dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk diceritakan bahwa Srintil disebut wanita panggilan yang bisa diajak tidur kemudian di bayar sehingga bisa dikatakan bahwa dia telah dilecehkan sebagai objek pelecehan seksual.
Seperti halnya yang terjadi pada Srintil, di mana banyak sekali pedagang di pasar yang berusaha untuk menggoda Srintil dengan alih-alih mau memberikan daganganya secara gratis, tapi sebenarnya mereka hanya ingin agar hasratnya terpenuhi.
Selain itu ada juga pedagang yang melecehkan Srintil dengan menggoda dan berusaha untuk memukul pinggul Srintil, ada juga penjual yang berusaha mencoba untuk menggamit pipi Srintil. Namun Srintil membiarkannya saja pelecahan tersebut karena sudah terbiasa dengan hal tersebut.
“Eh, wong kenes, wong kenes. Aku tahu di Dukuh Paruk orang menggosok-gosokkan batu ke badan bila sedang mandi. Tetapi engkau tak pantas melakukannya. Mandilah dengan sabun mandiku. Tak usah bayar bila malam nanti kau bukakan pintu bilikmu bagiku. Nah kemarilah.” Berkata demikian, tangan pak Simbar menjulur ke arah pinggul Srintil”
Dalam kehidupan sekarang pun hal tersebut masih banyak terjadi pelecahan-pelecahan seksual pada wanita. Bahkan ada juga yang melakukan pelecehan seksual ke pada anak-anak bahkan keluarganya sendiri demi memenuhi hasratnya.
Kelicikan
Dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk juga diceritakan bahwa terjadi sayembara mengenai keperawanan Srintil, yang membuat Kartareja & istrinya berakal licik dengan memperoleh keuntungan yang besar yang berasal dari penderitaan seorang Srintil dan berbuat licik kepada Sulam dan Dower.
“Dan engkau masih akan menerima sebuah ringgit emas. Mau bukan? Nanti bila Sulam terjaga, dia akan masuk kemari.” Mata Srintil terbuka lebar-lebar. Suaranya serak ketika dia bertanya kepada Nyai kertareja, “jadi aku harus melayani Sulam pula?”. “Tak mengapa engkau akan menjadi satu-satunya anak yang memiliki ringgit emas di Dukuh Paruk ini.”
Dalam Kehidupan saat ini pun perbuatan licik seperti itu untuk memperoleh keuntungan dari penderitaan orang lain masih terjadi saat ini. Bahkan para pejabat negara pun ada yang melakukan kelicikan seperti itu, misalnya melakukan korupsi dari uang bansos.
Perdukunan
Diceritakan melalui novel Ronggeng Dukuh Paruk mengenai tradis di Dukuh Paruk bahwa seorang ronggeng agar sering mendapatkan panggilan untuk pentas harus memiliki pekasih yang sejenis dengan susuk agar seorang ronggeng bertambah cantik dan semakin memiliki daya pikat.
“Ya. Dan tentu sampean perlu memperhalus tarian srintil. Cucuku tampaknya belum pintar melempar sampur. Nah, ada lagi yang penting; masalah rangkap tentu saja. Itu urusanmu bukan?”. Kartareja terkekeh. Dia merasa tidak perlu berkata apa-apa. “rangkap” yang dimaksud oleh Sakarya tentulah soal guna-guna, pekasih, susuk, dan tetek bengek lainnya yang membuat seorang ronggeng laris. Kartareja dan istrinya sangat ahli dalam urusan ini”
Di zaman sekarang pun masih banyak orang yang menggunakan ilmu perdukunan sama halnya seperti cerita di Dukuh Paruk yaitu untuk memikat hati seseorang, baik masalah percintaan atau masalah jual beli.
Kesewenang-wenangan
“Darah Emak diperiksa untuk mengetahui sampai kadar berapa racun bongkrek yang terkadang cukup mematikan. Kubayangkan hampir semua bagian organ tubuh Emak dicincang-cincang. Lalu ditaruh di bawah lensa mikroskop atau diperiksa dalam berbagai perkakas laboratorium yang rumit. Terakhir, mayat Emak yang sudah berantakan dan berbau formalin ditanam. Entah di mana, entah di mana. Orang-orang pandai itu, siapa pun dia, merasa berhak menyembunyikan kubur Emak. Aku yang pernah sembilan bulan bersemayam dalam rahim Emak tidak perlu mengetahuinya”
Jatuh Cinta
“Tampaknya Srintil tidak merasa perlu memberi perhatian kepadaku atau kepada siapa pun karena semua orang telah memperhatikannya. Ah, perhatian Srintil itulah yang terasa hilang di hatiku. Sekali aku menemukan cara licik untuk memperoleh kembali perhatian ronggeng Dukuh Paruk itu. Sebuah pepaya kucuri dari ladang orang”
Pelacuran
“Dari orang-orang Dukuh Paruk pula aku tahu syarat terakhir yang harus dipenuhi oleh Srintil bernama bukak klambu. Berdiri bulu kudukku setelah mengetahui macam apa persyaratan itu. Bukak klambu adalah semacam sayembara, terbuka bagi laki-laki mana pun. Yang disayembarakan adalah keperawanan calon ronggeng. Laki-laki yang dapat menyerahkan sejumlah uang yang ditentukan oleh dukun ronggeng, berhak menikmati virginitas itu”
Seks Pranikah
“Aku benci, benci. Lebih baik kuberikan padamu. Rasus, sekarang kau tak boleh menolak seperti kau lakukan tadi siang. Di sini bukan pekuburan kita tak takkan kena kutuk. Kau mau bukan?”. Sepatah kata pun aku tak bisa menjawab. Kerongkonganku terasa tersekat. Karena gelap aku tak dapat melihat dengan jelas. Namun aku merasakan Srintil melepaskan rangkulan, kemudian sibuk melepaskan pakaiannya.”